Kamis, 26 April 2012

Pembelajaran IPA Terpadu


Model-model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial Diterapkan

Dari sejumlah model keterpaduan pembelajaran menurut Fogarty (1991), terdapat tiga model yang potensial untuk diterapkan dalam pembela-jaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, dan integrated. Tiga model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil yang optimal.
Tabel 1
Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Model Integrated, Webbed, dan Connected

Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran IPA Terpadu:
1. Mengkaji dan memetakan semua SK dan KD dari bidang kajian yang akan dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh, sehingga dapat dipilih model keterpaduan connected, webbed, ataukah integrated yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu tersebut, sekaligus untuk meyakinkan bahwa tidak ada satupun KD yang dicapai tanpa mengaitkannya dengan KD lain.
2. Menentukan model keterpaduan. Bila konsep pada suatu KD menjadi materi utama, sedang konsep pada KD lain akan dikaitkan atau menjadi terapannya, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah connected. Bila beberapa konsep dari beberapa KD dipersatukan melalui sebuah tema, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah webbed. Bila beberapa konsep dari beberapa KD yang beririsan diangkat menjadi topik, atau dipilih suatu tema tertentu yang mewakili (bukan mengaitkan) konsep-konsep yang beririsan tersebut, maka model keterpaduan yang dihasilkan adalah integrated.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan kaitan, menentukan tema, atau memilih topik pada pembelajaran IPA terpadu adalah:
a. Relevan dengan KD-KD yang dipadukan.
b. Memperhatikan isu-isu yang aktual dan menarik.
c. Kontekstual, yaitu dekat dengan pengalaman pribadi peserta didik dan sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
3. Membuat matriks atau bagan keterhubungan konsep-konsep dalam kompetensi dasar sesuai keterpaduan yang dipilih. Dengan matriks atau bagan ini, hasil pemetaan KD atau SK dan model keterpaduan yang dipilih menjadi semakin jelas.
4. Merumuskan indikator pencapaian hasil belajar sesuai KD-KD yang dipadukan. Untuk model keterpaduan integrated, dimungkinkan merumuskan KD sesuai karakteristik keterpaduannya.
5. Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu berdasarkan sejumlah indikator yang telah dihasilkan. Setelah silabus tersusun, selanjutnya dikembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pada pembelajaran IPA Terpadu, keterpaduan terletak pada kegiatan pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.


Rabu, 18 April 2012

TERLUKA

Tak semua orang berkata terluka itu indah
Tak semua orang menikmati indahnya terluka
Di saat kita terluka
Di saat kita kecewa
Di saat kita sendiri
Di saat kita terpuruk
Tapi, ingat satu hal apabila kita bisa berkata betapa indahnya terluka
Maka, kita kan dapat kekuatan karenanya

Selasa, 17 April 2012

Teknologi Capung untuk Penerbangan


Teknologi Capung untuk Penerbangan


Manusia telah mencoba berbagai macam cara untuk dapat terbang. Sejak pesawat terbang pertama dibuat kira-kira seratus tahun yang lalu, ribuan model pesawat udara yang berbeda telah dirancang. Ilmuwan yang tak terhitung jumlahnya telah mencoba membuat mesin terbang yang lebih baik sampai akhirnya mereka mampu membuat mesin terbang terkini dengan disainnya yang mengagumkan.

Lebih Hebat dari Helikopter

Terbang adalah keahlian yang hebat, tapi kegunaannya tergantung pada sejauh mana ia dapat dikendalikan. Sebenarnya, untuk dapat melayang pada posisi tetap di udara atau mendarat di tempat yang diinginkan adalah sama pentingnya dengan kemampuan terbang itu sendiri. Untuk itulah, manusia merancang pesawat terbang dengan kemampuan manuver yang tinggi, yaitu helikopter. Helikopter mampu melayang di udara pada posisi tetap dan lepas landas secara tegak lurus. Karena keuntungan militer inilah, berbagai negara telah menyediakan dana dalam jumlah tak terbatas untuk pengembangan helikopter. Akan tetapi, penelitian terkini telah menemukan fakta yang sangat mencengangkan. Teknologi penerbangan helikopter modern ternyata sangat tertinggal jauh dibanding dengan seekor makhluk mungil yang mampu terbang. Makhluk ini adalah capung.