Saat ini telah dikembangkan istilah PAKEM yang merupakan kependekan (Produktif, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). PAKEM selanjutnya untuk memberi makna suatu proses pembelajaran yang pada hakekatnya merupakan situasi proses pembelajaran yang mengacu kepada kepentingan peserta didik.
Seperti halnya CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) , siswa lebih mengalami sebagai subjek belajar
sehingga tidak hanya duduk dan mendengarkan ceramah dari gurunya. Dalam
penerapan konsep PAKEM siswa tidak sekadar aktif tetapi lebih memberdayakan
siswa, sarana dan prasarana, guru dan pembentukan situasi pembelajaran yang
memadai dan menarik bagi segenap komponen pendidikan dan utamanya menyenangkan
siswa.
Apabila guru mampu
menerapkan strategi pembelajaran sains dengan konsep PAKEM maka diharapkan mutu
pembelajaran akan meningkat sebagai strategi dalam upaya peningkatan kualitas
pendidikan kita. Sebuah proses pembelajaran dianggap PAKEM apabila
sekurang-kurangnya meliputi hal-hal seperti di bawah ini, yakni : (a) guru
tidak menganggap anak sebagai botol kosong atau pun kertas putih yang tak
berkarakter; (b) hubungan guru dengan murid berlangsung dalam kekerabatan tanpa
jarak yang menegangkan; (c) guru terus-menerus menggali dan menghargai pendapat
anak, mengembangkan yang benar dan meluruskan yang kurang tepat bukan menghukum
terus-terusan terhadapnya; (d) guru memanfaatkan dan menggunakan pengalaman langsung anak; (e) pembelajaran
selalu berupa proses pemecahan masalah secara praktis sehingga anak tahu cara
menyelesaikan kesulitan sesuai dengan umurnya; (f) guru memanfaatkan semua
sarana dan prasarana yang ada, tidak hanya menceramahi saja ; dan (g) guru
bersama anak setiap kali membuat, mengembangan dan memanfaatkan alat peraga
sederhana mudah dan murah.
Pembelajaran yang
berbasis PAKEM benar-benar mengajak siswa maupun guru untuk inovatif
menumbuhkan ide-ide baru yang menyenangkan dalam upaya penguasaan informasi
tentang suatu objek sains. Guru tidak bisa hanya menyuruh siswa untuk mencatat
materi dan menyuruh menghafal semata-mata. Akan tetapi , guru harus memberi
kesempatan anak bertanya , berdiskusi, mengamati, bereksprimen, menyelidiki dan
lain sebagainya. Pendek kata guru sains harus berusaha menumbuhkan sikap dan
perilaku ilmiah dengan cara memberikan latihan kepada siswa melakukan kegiatan
ilmiah yang dilandasi rasa senang .
Bagaimana
pembelajaran sains yang dapat produktif, aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan siswa ? Tentu, tugas guru bukan hanya mengejar situasi yang
menyenangkan siswa saja atau menonjolkan salah satu sikap yang dicanangkan
dalam PAKEM tetapi secara terpadu dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang
produktif, siswanya aktif, unsur kreativitas terbentuk, efektif dapat meraih
tujuan pembelajaran dalam suasana yang menyenangkan. Kegiatan yang perlu
dilakukan untuk menciptakan proses pembelajaran berbasis PAKEM adalah sebagai
berikut:
Pertama,
memberdayakan siswa dalam keterlibatannya pada proses pembelajaran. Siswa
dikondisikan agar benar-benar aktif menggunakan segenap inderanya untuk
membangun pengetahuan dan pemahamannya tentang suatu objek sains.
Pengetahuan diperoleh melalui proses
bekerja aktif baik ranah kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Siswa akan lebih memahami
pengetahuan yang diperoleh karena bukan hasil suapan atau pun pemberian paksa
dari gurunya melainkan hasil belajar yang dibangun oleh dirinya sendiri.
Kedua, membimbing
kerja siswa agar tidak terlepas nuansa ilmiahnya. Melalui tahapan pengenalan
objek, penyelidikan, penemuan dan penerapan dalam kerja ilmiah, siswa akan
terbiasa bekerja dengan persiapan yang runtut sesuai metode ilmiah. Dengan
seringnya siswa bekerja secara ilmiah melahirkan sikap-sikap ilmiah ada pada
diri siswa. Teliti, dan mampu menafsirkan data merupakan sikap ilmiah yang
diharapkan dimiliki oleh mereka.
Ketiga, siswa
dibiasakan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil. Bekerja kelompok bagi siswa
sangat penting artinya karena akan mengembangkan aspek efektif (nilai keutamaan
hidup). Toleransi, peduli terhadap orang lain dan lingkungan, serta menyadari
bahwa hidup ini tak bisa melepaskan diri dari keberadaan orang lain merupakan
sikap-sikap yang tumbuh dari kebiasaan bekerja secara kelompok. Sikap merasa
mempunyai tanggung jawab bersama atas keberhasilan kerja kelompoknya juga
berkembang pada diri mereka. Pendidikan yang mengedepankan bekerja secara
kelompok ini sesungguhnya cara paling efektif untuk mencapai kedamaian.
Keempat,
membiasakan siswa melakukan diskusi dengan temannya. Kecuali suasana
pembelajaran yang tidak menegangkan, diskusi akan membekali siswa untuk
memahami arti demokrasi dan makna kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan
tak ada yang mutlak karena dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dalam diskusi
akan terlatih betapa temannya juga mempunyai pendapat yang berbeda tentang
fenomena suatu objek sains yang sama. Kebiasaan diskusi akan mengembangkan
sikap bertanggung jawab, kemampuan ketrampilan berbahasa dan daya argumentasi
akan tumbuh subur. Dari kebiasaan melakukan
diskusi ini, kemampuan dan sikap kritis anak akan berkembang.
Kelima, menjadikan
ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak. Hasil
pekerjaan anak bisa dipajang di dinding kelas sebagai wahana menumbuhkan rasa
percaya diri dan koreksi diri. Kreativitas dalam membentuk model pemajangan
hasil karyanya pun semakin lama bertambah menarik. Guru juga dapat memajang
kreativitasnya dengan memberikan satu model pemajangan yang menarik dan
mengesankan siswa. Demikian juga hasil-hasil penelitian sains bisa dipajang di
dinding laboratorium.
Keenam, ruangan
belajar tidak monoton di dalam tembok kelas. Halaman, kebun, perpustakaan,
laboratorium, kolam, sungai, lapangan dan lingkungan sekitar yang lain
merupakan tempat belajar yang menyegarkan. Belajar di luar kelas akan
mengakrabkan antar siswa dan siswa dengan guru. Pembelajaran berdasarkan
keakraban akan memupuk rasa senang dan tidak membosankan. Pembelajaran yang
dilakukan dilandasi rasa senang akan sangat bermakna dan berkesan di benak
anak. Tidak adanya rasa keterpaksaan adalah modal dasar dalam mereguk ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang ditampilkan dalam proses pembelajaran
tersebut.
Ketujuh, guru
segera memberikan umpan balik kepada siswa untuk meningkatkan kegiatan belajar.
Guru tidak perlu jual mahal memberikan pujian terhadap siswa yang berhasil
baik. Demikian juga terhadap siswa yang kurang berhasil hendaknya bersedia
memberikan layanan bimbingan yang dilandasi dengan kesabaran. Guru harus
menyadari bahwa setiap siswa mempunyai karakter yang berbeda. Selain itu hasil
pekerjaan tes ataupun tugas yang dikerjakan siswa hendaknya segera diperiksa,
dikembalikan kepada siswa dan mengkomunikasikannya dengan orang tua anak.
Kedelapan, guru
selalu memberi motivasi kepada siswa agar mereka tertanam dan terpupuk di dalam
benaknya tentang pentingnya kemauan dan semangat bekerja keras, disiplin,
teratur dalam memenejemen waktu, berbudi pekerti luhur, bertaqwa terhadap Tuhan
dan selalu meningkatkan keaktifan fisik dan mentalnya. Guru hendaknya
menegaskan tentang aktivitas dengan jelas. Hal ini dimaksudkan agar aktivitas
anak benarbenar terlatih untuk berpikir secara aktif dan terarah. Jadi
aktivitas dimaksud bukan hanya dalam arti banyak kesibukan.
Implementasi
Pendidikan Sains dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang akan cliberlakukan serentak secara nasional sangatlah
berbeda dengan kurikulum 1994 yang berjalan selama ini. Kompetensi dalam KBK
rumpun pelajaran sains meliputi kemampuan dan kecakapan kerja ilmiah serta
pemahaman konsep.
Kompetensi dalam
hal kerja ilmiah meliputi: (1) penyelidikan (penelitian), (2) berkomunikasi
ilmiah, (3) pengembangan kreativitas clan pemecahan masalah, (4) bersikap
ilmiah, (5) pemahaman sains dan teknologi, clan (6) dampak sains dan teknologi
pada lingkungan. Adapun pemahaman konsep adalah kompetensi yang dimiliki siswa
dalam hubungannya dengan penguasaan suatu materi sains baik dari aspek
kognitif, afektif dan psikomotoriknya. ( KTSP, Sains 2006).
Berdasarkan
kompetensi yang harus dimiliki siswa tersebut sewajarnya jika orientasi
pembelajaran bukanlah pencapaian nilai evaluasi akhir karena nilai evaluasi
akhir tidak ada artinya sama sekali bagi kepentingan anak masa depan. Agar
kompetensi itu dapat dicapai oleh anak maka pada prinsipnya pendidikan itu
diharapkan menjadi wahana anak menTperoleh pengalaman hidup. Disadari atau
tidak sesungguhnya sekolah itu merupakan ajang untuk latihan hidup di kemudian hari.
Oleh karenanya, kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa menjadikan pengalaman
hidup di dalam pembelajarannya.
Sebagaimana
diungkapkan Djohar (2003), UNESCO menegaskan agar proses pembelajaran paling
tidak diarahkan pads 4 pilar kegiatan, yakni : (1) belajar untuk tahu (learning
to know), (2) belajar untuk berbuat (learning to do), (3) belajar untuk bersama
(learning to live together), dan (4) belajar untuk membentuk jati diri
(learning to be).
Implementasi
pembelajaran sains biologi dalam KBK sangat relevan terhadap 4 pilar kegiatan
standard dari UNESCO tersebut. Belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan,
belajar untuk hidup dalam kebersamaan dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri
mustahil bisa dicapai siswa apabila metode pembelajarannya ceramah terns
menerus. Oleh karenanya pembelajaran sains (biologi) diupayakan mengakrabkan
siswa dengan objek sains yang ada di lingkungan sekitar. Dengan kata lain siswa
mutlak harus berhubungan langsung dengan objek sains yang sedang dipelajarinya.
Alhasil, pengetahuan yang diperoleh siswa bukan hasil pemberitahuan guru
melainkan lebih merupakan bangunan kokoh yang dibentuk siswa sendiri.
Jadi pembelajaran
sains pada dasarnya tak bisa lepas dari lingkungan alam sekitar yang sebenarnya
karena di alam inilah objek sains berada, fenomena (peristiwa) tersaji dan
hubungan timbal batik antara objek, fenomena dan masyarakatnya dapat dengan
jelas di data. Efektivitas pembelajaran sains memang signifikan dengan besarnya
pemanfaatan lingkungan sekitar. Artinya pembelajaran sains yang memanfaatkan
lingkungan sekitar merupakan kegiatan menggali pengetahuan dari objek /
peristiwa yang sebenarnya. Pembelajaran yang demikianlah menuntun siswa untuk
tidak menerima bahan jadi dari pemberian guru melainkan hasil melakukan kegiatan
sains.
Sebagaimana
dikemukakan Sutardi (1981) bahwa pemanfaatan alam sekitar dalam pembelajaran
sains (biologi) mutlak dibutuhkan karena alam sekitar memegang pecan yang
sangat penting dalam hal: (1) sumber bahan untuk praktikum, (2) sumber bahan
untuk alat peraga, (3) sumber objek , dan (4) sumber masalah .
Ada pun
faktor-faktor yang mempengaruhi usaha pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber
belajar lebih ditentukan oleh sikap guru pengampu mats pelajaran sains.
Faktor-faktor tersebut adalah: kemauan clan niat guru, kemampuan guru untuk
dapat melihat masalah dari alam sekitar dan kemampuan guru untuk dapat
menggunakan sumber alam sekitar itu dalam pembelajaran sains.
Agar pembelajaran
sains tetap efektif dan menyenangkan maka guru sains diharapkan dapat
memberdayakan siswa. Djohar (2003) memberikan stimulus pemberdayaan siswa
dengan cara: (1) tumbuhkan, (2) alami, (3) namai, (4) demonstrasikan, ( 5 )
ulangi dan (6) rayakan.
Menumbuhkan
dimaksudkan mengundang minat siswa bahwa apa yang dipelajari bermanfaat
“bagiku.” Dengan demikian siswa akan sangat tertarik mempelajarinya karena
dilandasi ada kemanfaatan baginya. Alami pads dasamya upaya menciptakan
pengalaman nyata pada siswa. Oleh karenanya objek alam sekitar sains harus
benar-benar dihadapkan siswa sepanjang keselamatan dan keefektifannya terjaga.
Namai mengandung arti simbolisasi konsep yang diperoleh dari pembelajaran itu.
Mendemonstrasikan diartikan penciptaan kesempatan agar siuswa dapat menampilkan
perolehan belajar mereka. Ulangi pada dasarnya adalah kesempatan siswa untuk
validasi dan pemantapan terhadap perolehan belajar yang benarbenar dimiliki
oleh dirinya. Rayakan pada dasarnya adalah pengakuan kita bahwa siswa itu
memperoleh sesuatu dari proses pembelajarannya.
Di era yang makin
carat informasi ini menuntut adanya pergeseran peran guru di dalam kelas. Guru
tidak lagi melulu sebagai pengajar melainkan sebagai pengarah dan pembimbing.
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
Dikatakan oleh Suhardi ( 2003) bahwa tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim (terdiri dari kelompok-kelompok belajar) yang bekerja sama untuk menemukan
sesuatu yang barn bagi anggota kelas (siswa) berupa pengetahuan clan
ketrampilan.
Pembelajaran yang
mengacu pada pemberdayaan siswa dalam menemukan sendiri pengetahuan dan
ketrampilan sebagaimana didengung-dengungkan sekarang ini disebut
kontekstual.Pembelajaran kontekstual berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja clan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari uru ke siswa.
Pembelajaran model kontekstual diharapkan akan lebih bermakna dalam penguasaan materi. Target
penguasaan materi diharapkan bersarang di otak siswa tidak hanya dalam jangka
pendek tetapi lebih membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka
panjang. Pembelajaran yang menyenangkan
akan membuat kerasan siswa mengikuti proses tersebut. Sebaliknya pembelajaran
yang menegangkan dan menyeramkan bagi siswa dapat dimungkinkan sebagai penyebab
ketidakaktifan siswa mengikutinya. Bahkan keticlakhadiran siswa dapat
dimungkinkan oleh proses pembelajaran yang ticlak menarik. Oleh karenanya
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan memang harus diupayakan clan
dilaksanakan dalam pembelajaran sains. Dengan demikian anggapan bahwa pelajaran
sains itu sulit, menakutkan clan tak menarik seclapat mungkin kita sebagai guru
sains dapat mengubah asumsi ini. Menjadikan pelajaran sains itu menyenangkan ,
menarik, mengesankan dan terasa mudah harus diupayakan semaksimal mungkin.
Tugas berat inilah menjacli tanggung jawab sepenuhnya guru sains itu sendiri.
Pembangunan
pendidikan merupakan kunci pintu kemajuan. Untuk itu agar tidak ketinggalan
jauh dengan negara-negara berkembang lainnya dunia pendidikan kita tidak boleh
berjalan di tempat. Oleh karenanya pembangunan bidang pendidikan selayaknya
dipacu terns.
Sehubungan objek
sains adalah lingkungan sekitar dan peristiwa – peristiwa alam nyata maka pembelajaran
sains diharapkan memberdayakan siswa untuk aktif menggunakan segenap indera
guna mengamati, menclata clan menafsirkan gejala sains yang ada di sekitarnya.
Inilah prinsip pembelajaran kontekstual.
Untuk mendukung
keberhasilan pembelajaran berbasis kontekstual ini diperlukan suasana/iklim
yang menyenangkan guna mengantisipasi kebosanan siswa. Penciptaan suasana yang
menyenangkan inilah menjadi tugas guru sains. Untuk menjaga agar suasana tetap
menyenangkan guru diharapkan bersikap sederhana, jujur, adil, familier,
bijaksana, demokratif dan tentu saja pengetahuan, ketrampilan dan sikap
sainsnya bisa diteladani siswa. Apabila guru sains mampu membawa siswa
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap ilmiahnya maka boleh dikatakan
guru efektif. Dan tentu saja guru efektif inilah menjadi dambaan siswa,
masyarakat dan negara.
great.. boleh tau dapust-nya?
BalasHapussaya setuju dengan adanya sebuah teori-teori ataupun konsep baru penunjang pendidikan seperti PAKEM (Produktif, Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) ini.. setelah saya baca artikel ini, karena kita mempunyai background sebagai pengajar dalam bidang IPA, kita memang diharuskan sekreatif mungkin agar konsep kita masuk dalam memori jangka panjang anak didik .menurut anda, bagaimana cara penilaian kognitif anak didik pada konsep PAKEM ini.trimaksih
BalasHapusCara penilaian kognitifnya berarti menilai produk dan prosesnya, jadi tidak hanya produknya saja. Kognitif proses merupakan perilaku (behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan keterampilan proses sains yang karakteristiknya untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Beberapa jenis kegiatan keterampilan proses sains untuk mengembangkan kemampuan berfikir misalnya merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,mengidentifikasi variabel manipulasi, mengidentifikasi variabel respon, mengidentifikasi variabel kontrol, melaksanakan eksperimen, membuat tabel pengamatan, membuat grafik, melakukan analisis data, merumuskan kesimpulan. Sedangkan kognitif produk berkaitan dengan perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
BalasHapusartikel ini sngat membntu,soalnya kita mempunyai background sebagai guru dalam bidang IPA(sains), kita memang diharuskan sekreatif dan inovtif mungkin agar konsep kita masuk memori jangka panjang anak didik tidak hanya smpi di memori jgka pendek.dan saya sangat setuju dengan pndpt pak habib
BalasHapusYa, teman-teman. Sebagai calon guru kita harus menjadi Great Teacher, yaitu menjadi Guru yang menginspirasi siswa dan juga dirindukan siswa.
BalasHapus^_^